Profil Pelajar Pancasila, Nilai, dan Peran Guru Penggerak
Diagram Identitas Gunung Es
Fenomena gunung es dapat menunjukkan kepada kita, bahwa apa yang terlihat dipermukaan tidak dapat menunjukkan apa yang tersembunyi di bawah laut. Gunung es mengajarkan kita untuk tidak hanya mempertimbangkan sesuatu hanya dari yang terlihat dipermukaan saja. Peristiwa gunung es ini akan kita umpamakan untuk menunjukkan proses perubahan perilaku dan penumbuhan karakter manusia.
Bagian gunung es yang terlihat di permukaan air sebanyak-banyaknya hanya 12%. Bagian ini adalah karakter yang dapat dilihat oleh orang lain dan disadari oleh diri sendiri. sisanya sebesar 88% berada di bawah sadar, berada di diri masing-masing orang. Perlu usaha tersendiri untuk melihat atau mengubahnya.
Di bawah permukaan lautl, sebagai bagian dari gunung es ada dalam diri setiap manusia. Terdapat kotak hitam yang berisi nilai-nilai, kepercayaan, dan pola pikir, dan soft skills yang mendasari perilaku seseorang. Kotak hitam ini merupakan identitas sebenarnya dari diri seorang manusia yang tersembunyi. Jadi karakter yang dapat dilihat dari seseorang merupakan perilaku yang berulang telah dilakukan hingga menjadi suatu kebiasaan. Kebiasan-kebiasaan tersebut menjadi gambaran umum karakter seseorang.
Penomena gunung es ini juga turut menggambarkan lingkungan tempat karakter bertumbuh. Ada bagian es yang muncul dipermukaan yang dapat dilihat dan disadari. Ada juga bagian es yang berada di bawah permukaan yang menggambarkan lingkungan tidak terlihat, tidak kasat mata, dan tidak muda disadari. Dua lingkungan itu mempengaruhi karakter manusia dan perlu dimaksimalkan pengaruhnya dalam menumbuhkan karakter seorang manusia. Dalam menumbuhkan karakter, kedua lingkungan tersebut dapat kita sederhanakan sebagai pengkondisian dan pembiasaan, baik pada lingkungan psikis mapun fisik.
Ada dua jalan utama dalam menerapkan pengkondisian dan pembiasaan yaitu dengan keteladan yang konsisten dan sistem/aturan yang konsisten.
Eskalator dan Cara Kerja Otak Manusia
Ada sistem berpikir pada manusia, yaitu sistem berpikir cepat dan sistem berpikir lambat. Kedua sistem ini dapat mempengaruhi kita dalam bersikap dan mengambil keputusan.
Di dalam otak manusia masih tertinggal bagian otak yang serupa dengan otak mamalia, otak reptil, dan otak primata yang terhubung dengan bagian otak luhur manusia.
Sistem berpikir cepat dikelola oleh otak mamalia dan otak reptil. Sedangkan sistem berpikir lambar dikelola oleh otak primata dan otak luhur manusia.
Sistem berpikir cepat digambarkan dengan 2 orang yang diam di eskalator yang bergerak turun. Hal ini menggambar kerja sebagian besar tubuh manusia yang mendahulukan penghematan energi. Otak reptil dan otak mamalia bekerja untuk menghemat energi. Mereka mengelola otomasi tubuh manusia yang bekerja di bawah sadar sehingga menghemat energi. Kerja otak reptil dan otak mamalia dapat diumpamakan seperti 2 orang yang turun menggunakan eskalator yang bergerak turun. Diam saja pun akan ikut turun. energi tidak banyak digunakan.
Sementara itu, sistem berpikir lambat bekerja bagaikan berjalan naik di tangga eskalator yang bergerak turun. Sehingga dibutuhkan energi lebih dan kecepatan yang cukup. Jika terhenti sebentar, maka akan ikut turun. Jika kita bergerak dengan kecepatan yang lebih lambat dari gerak turun eskalator, maka kita akan ikut turun. Kegiatan berpikir lambat ini digunakan untuk berpikir yang lebih kompleks yang di kelola oleh otak luhur manusia.
Profil Pelajar Pancasila
Pelajar Pancasila merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan mempunyai karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar Pancasila terbangun oleh enam dimensi, yaitu:
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
- Mandiri;
- Bergotong-royong;
- Berkebinekaan global;
- Bernalar kritis; dan
- Kreatif.
Peran Guru Penggerak
- mengembangkan diri dan orang lain
- memimpin pembelajaran
- memimpin manajemen sekolah
- memimpin pengembangan sekolah
- Menjadi pemimpin pembelajaran: Guru Penggerak diharapkan dapat berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada siswa, dengan memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh-kembang siswa.
- Menggerakkan Komunitas Praktisi: Seorang Guru Penggerak harus berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar bagi para rekan guru, baik di sekolah maupun di wilayahnya.
- Menjadi Coach bagi guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah: Seorang Guru Penggerak harus mampu mendeteksi aspek-aspek yang dapat ditingkatkan dari rekan sejawatnya, mampu merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran, dan dapat memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.
- Mendorong kolaborasi antar guru: seorang guru penggerak membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
- Mewujudkan kepemimpinan murid: Seorang guru pengerak membantu para siswa untuk mandiri dalam belajar, mampu memunculkan motivasi siswa untuk belajar, dan mendidik karakter siswa di sekolah.
Nilai-Nilai Guru Penggerak
1. Mandiri
Mandiri berarti seorang Guru Penggerak selalu dapat mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya.- Menentukan tujuan perubahan yang ingin dicapai dan dampak dari pencapaian tersebut
- Merayakan keberhasilan dari setiap capaian, sehingga termotivasi untuk mencapai tujuan berikutnya.
2. Reflektif
a) Model Refleksi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan ke Depan)
- Peristiwa (Facts): Deskripsi obyektif berdasarkan pengalaman nyata yang telah telah dialami.
- Perasaan (Feelings): Menjelaskan hal yang dirasakan kini setelah melaksanakan proses tersebut.
- Pembelajaran (Findings): Menjelaskan hal paling konkret yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru.
- Penerapan ke depan (Future): Menjelaskan hal yang dapat segera diterapkan sebagai individu.
b) Model Refleksi 5M (Mendeskripsikan, Merespon, Mengaitkan, Menganalisis, Merancang Ulang)
- Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang telah terjadi
- Merespon (Responding): menjelaskan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan
- Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dikuasai.
- Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan rinci mengapa peristiwa itu dapat terjadi, kemudian mengambil beberapa perspektif lain untuk mendukung analisis tersebut.
- Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa yang akan datang.
izin menjadikan referensi, trimakasih
ReplyDeleteSilahkan bapak, terima kasih sudah berkunjung
Delete